Minggu, 21 Agustus 2016

Bupati Gunungkidul Launching Batik Amarylis Di Gunung Ireng Pengkok

Minggu (21/8/2016), Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos. melaunching Batik Amarylis khas Patuk pada Festival Budaya dan Pameran Produk Unggulan Patuk yang diselenggarakan Pemerintah Desa Pengkok bekerjasama dengan KKN Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST). Batik Amarylis ini merupakan motif batik yang diambil dari bunga Amarylis yang menjadi icon Kecamatan
Patuk dan sempat heboh karena menjadi tempat selfie yang paling diburu di akhir tahun 2015. Badingah selaku Bupati Gunungkidul berharap, “Batik Amarylis dapat segera dipatenkan menjadi motif batik khas Gunungkidul, seperti tiga motif batik terdahulu, Sekar Jagat, Walang Kencono Jati, dan Walang Sinanding. Pemerintah Daerah berkomitmen menjadikan Patuk sebagai pintu gerbang wisata Gunungkidul”. Diperlukan sinergi semua lini dan Pemerintah Daerah Gunungkidul dalam mengembangkan destinasi wisata, produk kuliner, cinderamata, dan budayanya. Dari hasil kunjungan pada Pameran Produk Unggulan khas Patuk, Badingah menyampaikan, “banyak sekali kemajuan yang dibawa oleh mahasiswa KKN UST bagi masyarakat di Patuk, seperti abon lele, abon bunga pisang, kripik sirih, dan berbagai produk olahan lainnya”.
Ibu Badingah / Bupati Gunungkidul disela sambutannya mengatakan ; Bapak dan ibu masyarakat. Gunungkidul saat ini seperti gadis yang sangat cantik, dan Kecamatan Patuk adalah wajahnya, dikarenakan Wilayah Kecamatan Patuk adalah Pintu gerbang dimana Wisatawan lokal ataupun asing selalu memasuki wilayah Kabupaten Gunungkidul. maka dari itu, beberapa saat yang lalu pintu gerbang atau Gapura Kabupaten Gunungkidul dibuat, di bangun kolam atau taman untuk mempercantik Wilayah Kecamatan Patuk. saya juga mengucapkan terima kasih kepada UST dan Semua Uneversitas yang ada di Yogyakarta yang bekerjasama dengan warga masyarakat di Gunungkidul.
Pada kesempatan yang sama Rektor UST, Drs. Pardimin, M.Pd., Ph.D., mengemukakan, “UST sangat concern pada pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu, program KKN tidak boleh dibuat berdasarkan keinginan mahasiswa, namun harus melihat potensi yang ada di masyarakat. Harapannya, ilmu ataupun ketrampilan yang diberikan dalam program KKN dapat tetap dilaksanakan dan dikembangkan masyarakat meskipun mahasiswa telah kembali ke kampus”.
Selain launching Batik Amarylis oleh Bupati Gunungkidul, juga ditampilkan kesenian khas Patuk, seperti Kesenian Wong Ireng, Tari Nirmala, Tari Lilin, Gejog Lesung, Ronda Tek-tek, Gunung Asem Percussion, dan Jatilan. Pada kesempatan ini, dilakukan launching koreografi baru Wong Ireng. Dalam koreografi ini, tariannya tidak hanya tarian wong ireng saja, tapi juga elaborasi tarian petani, tarian raksasa, dan tarian persembahan. “Mahasiswa dalam Sanggar Pamong UST dan KKN UST berkolaborasi dengan kelompok kesenian Wong Ireng untuk menciptakan sebuah pertunjukan khas dariGunung Ireng Patuk yang tidak dapat dilupakan oleh wisatawan. Harapannya akan menjadi icon seperti Prambanan dengan Sendratari Ramayananya”, ujar Dewi Kusuma Wardani, Ketua IbM Kesenian UST dan Koordinator KKN UST Semester Antara Tematik Wisata & Pemberdayaan Masyarakat Patuk.