Sabtu, 04 Oktober 2014

Putra R. Ayu Sutoduwiryo: Tempat Ini Aku Namai Kebokuning

Patuk,(sorotgunungkidul.com)--Pada jaman kerajaan, banyak prajurit keraton yang gemar menggunakan nama hewan sebagai nama diri. Kebo Ijo, itu prajurit terkenal pada era Singasari. Kebo Anabrang, dia panglima perang di kerajaan Majapahit.
Sedangkan Kebokuning dipakai untuk menamai suatu wilayah. Di Provinsi DIY ada tiga Kebokuning, yakni satu di Dlingo, Bantul, dua di Pengkok, Patuk, satu lagi di Ngalang Kecamatan Gedangsari.
Menurut salah satu sesepuh di Kecamatan Patuk, Raden Anfali (88), Dari ketiga wilayah itu hanya Kebokuning di Padukuhan Panjatan, Pengkok, Patuk yang paling istimewa.

Munculnya sebutan Kebokuning di wilayah ini, terkait erat dengan pengembaraan keturunan Prabu Brawijaya ke IV, atau Bhre Kertabumi, Raja Majapahit ke XI, kata Anfali, Jumat kemarin (03/10/2014).
Ia mengungkapkan, Prabu Brawijaya ke 5, dari istri Wandan Kuning, secara silsilah anak beranak menurunkan Ki Ageng Getas Pandawa, Ki Ageng Selo, Ki Ageng Enis, Ki Ageng Pemanahan, R. Sutowijoyo, Purboyo, Raden Ayu Sutoniti, Raden Suto Taruno, Raden Suto Bongso, Raden Bongso Yudo, Raden Ayu Sutoduwiryo, hingga keturunan yang ke 14, bernama Demang Ardanawi.
Kemudian Raden Ayu Sutoduwiryo memerintahkan putra tunggalnya Demang Ardanawi untuk mencari tempat bersemedi. Dari Jolosutro, Piyungan, Bantul arahnya ke timur, ucapnya.
Sampai di Desa Pengkok, Patuk, posisinya kira-kira sekitar balai desa, Ardanawi melihat dua ekor kerbau. Satu kerbau tua dengan tanduk gagah, satunya gudel (kebo muda) kulit berwarna kuning, sedang gegupak (mandi lumpur) di persawahan.
Ki Demang Ardanawi mencoba mendekat. Belum terlaksana, dua kerbau itu melesat terbang mengitari padukuhan.
Putra tunggal R. Ayu Sutoduwiryo itu pun berucap, tempat ini aku namai Kebokuning, tutur Anfali sambil menunjuk silsilah yang di pampang di kamar pribadinya.